Minggu, 24 Januari 2016

Tidak ada komentar:
Pengertian Etos Kerja 



bekerja adalah kodrat hidup, baik kehidupan spiritual, intelektual, fisik biologis, maupun kehidupan individual dan sosial dalam berbagai bidang. dalam al qur'an maupun hadist, banyak ditemukan literatur yang memerintahkan seorang muslim untuk bekerja dalam rangka memenuhi dan melengkapi kebutuhan duniawi. salah satu perintah allah kepada umatnya dalam bekerja 
dalam Q.S. at-Taubah/9:105 menjelaskan, bahwa Allah swt. akan melihat dan menilai amal - amal tersebut. pada akhirnya, seluruh manusia akan dikembalikan kepada Allah swt.

Contoh :

- bersungguh - sungguh mencari rizki yang halal, sebab Allah swt. tidak akan memberi rizki kepada orang yang malas 
-tidak mudah putus asa bila dalam kerja atau belajar menemui hambatan, tetap berusaha mencari jalan keluar terhadap masalah yang dihadapi. 
- segera menyelesaikan pekerjaan tidak menunda - nundanya. 
- apabila telah berhasil memperoleh apa yang direncanakan, tidak cepat merasa puas, akan tetapi akan terus terpacu untuk lebih kreatif 
-apabila menghadapi pekerjaan yang tidak disukai, maka tetap tekun menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan hati sabar
-senantiasa bertanggung jawab terhadap pekrjaan yang dilakukan.

Membangun kompetensi dalam kebaikan

Tidak ada komentar:
Kompetensi Dalam Kebaikan dan Etos Kerja Islam




melakukan kebaikan tidak bisa ditunda - tunda melainkan harus segera dikerjakan. sebab kesempatan hidup sangat terbatas, begitu juga kesempatan berbuat baik belum tentu setiap saat kita dapatkan. kematian dapat datang secara tiba -tiba tanpa diketahui sebabnya poleh karena itu begitu ada kesempatan untuk berbuiat baik, jangan ditunda - tunda lagi tetapi segera dikerjakan. 
hendaknya untuk berbuat baik harus saling memotivasi dan saling tolong - menolong, disinilah diperlukanya kolaborasi atau kerja sama. lingkungan yang baik adalah lingkungan yang membuat kita terdorong untuk berbuat baik. tidak sedikit orang yang tadinya baik menjadi rusakkarena lingkungan.
kesigapan melakukan kebaikan harus didukung dengan kesungguhan Allah swt. menjelaskan bahwa setiap kaum berbeda - beda sesuai dengan waktu dan keadaan hidupnya. meskipun mereka berbeda -beda, yang adalah semuanya beribadah dalam rangka mencari rido Allah swt., atau berlomba -lomba dalam kebaikan.

Contoh :

- semangat berkompetisi dalam melakukan dan meraih prestasi 
- dinamis, senantiasa semangat dalam melaksanakan tugas dan kewajiban 
- sportif, mengakui keunggulan orang lain. dan tidak malu untuk menirunya. 
- inovatif, karya ide dan gagasan serta senantiasa melakukan pembaruan - pembaruan. 
- kreatif, penuh kreatifitas dalam melakukan hal - hal yang bermanfaat 


Membangun Perilaku Taat

Tidak ada komentar:
Perilaku Taat



Taat memiliki arti tunduk (kepada Allah Swt., pemerintah, dsb.) tidak berlaku curang, dan atau setia. Aturan adalah tindakan atau perbuatan yang harus dijalankan. Taat pada aturan adalah sikap tunduk kepada tindakan atau perbuatan yang telah dibuat baik oleh Allah Swt., nabi, pemimpin, atau yang lainnya. Di sekolah terdapat aturan, di rumah terdapat aturan, di lingkungan masyarakat terdapat aturan, di mana saja kita berada, pasti ada aturannya. Aturan dibuat tentu saja dengan maksud agar terjadi ketertiban dan ketenteraman. Mustahil aturan dibuat tanpa ada tujuan. Oleh karena itu, wajib hukumnya kita menaati aturan yang berlaku.
Aturan yang paling tinggi adalah aturan yang dibuat oleh Allah Swt., yaitu terdapat pada al-Qur’ān. Sementara di bawahnya ada aturan yang dibuat oleh Nabi Muhammad saw., yang disebut sunah atau hadis. Di bawahnya lagi ada aturan yang dibuat oleh pemimpin, baik pemimpin pemerintah, negara, daerah, maupun pemimpin yang lain, termasuk pemimpin keluarga. Peranan pemimpin sangatlah penting. Sebuah institusi, dari terkecil sampai pada suatu negara sebagai institusi terbesar, tidak akan tercapai kestabilannya tanpa ada pemimpin. Tanpa adanya seorang pemimpin dalam sebuah negara,
tentulah negara tersebut akan menjadi lemah dan mudah terombang-ambing oleh kekuatan luar. Oleh karena itu, Islam memerintahkan umatnya untuk taat kepada pemimpin karena dengan ketaatan rakyat kepada pemimpin (selama tidak maksiat), akan terciptalah keamanan dan ketertiban serta kemakmuran.
Firman Allah: “Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan)) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Q.S. an-Nisā/4: 59)
Asbābu al-Nuzūl atau sebab turunnya ayat ini menurut Ibn Abbas adalah berkenaan dengan Abdullah bin Huzaifah bin Qays as-Samhi ketika Rasulullah saw. mengangkatnya menjadi pemimpin dalam sariyyah (perang yang tidak diikuti oleh Rasulullah saw.). As-Sady berpendapat bahwa ayat ini turun
berkenaan dengan Amr bin Yasir dan Khalid bin Walid ketika keduanya diangkat oleh Rasulullah saw. sebagai pemimpin dalam sariyah. Q.S. an-Nisā/4: 59 memerintahkan kepada kita untuk menaati perintah Allah Swt., perintah Rasulullah saw., dan ulil amri. Tentang pengertian ulil amri, di bawah ini ada beberapa pendapat.
Abu Jafar Muhammad bin Jarir at-Thabari
Arti ulil amri adalah umāra, ahlul ‘ilmi wal fiqh (mereka yang memiliki ilmu dan pengetahuan akan fiqh).
Sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa sahabat-sahabat Rasulullah saw. itulah yang dimaksud dengan ulil amri.
Al-Mawardi Ahmad Mustafa
Ada empat pendapat dalam mengartikan
kalimat “ulil amri”, yaitu: (1) umāra (para pemimpin yang konotasinya adalah pemimpin masalah keduniaan), (2) ulama dan fuqaha, (3) sahabat-sahabat Rasulullah saw., (4) dua sahabat saja, yaitu Abu Bakar dan Umar. al-Maraghi
Bahwa ulil amri itu adalah umara, ahli hikmah, ulama, pemimpin pasukan dan seluruh pemimpin lainnya.
Kita memang diperintah oleh Allah Swt. untuk taat kepada ulil amri (apa pun pendapat yang kita pilih tentang makna ulil amri). Namun, perlu diperhatikan bahwa perintah taat kepada ulil amri tidak digandengkan dengan kata “taat”; sebagaimana kata “taat” yang digandengkan dengan Allah Swt. dan rasul-Nya. Quraish Shihab, Mufassir Indonesia, memberi ulasan yang menarik: “Tidak disebutkannya kata “taat” pada ulil amri untuk memberi isyarat bahwa ketaatan kepada mereka tidak berdiri sendiri, tetapi berkaitan atau bersyarat dengan ketaatan kepada Allah Swt. dan rasul-Nya. Artinya, apabila perintah itu bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Allah dan rasul-Nya, tidak dibenarkan untuk taat kepada mereka.  Lebih lanjut Rasulullah saw. menegaskan dalam hadis berikut ini:
Artinya: “Dari Abi Abdurahman, dari Ali sesungguhnya Rasulullah bersabda… Tidak boleh taat terhadap perintah bermaksiat kepada Allah, sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam hal yang makruf.” (H.R Muslim)
Umat Islam wajib menaati perintah Allah Swt. dan rasul-Nya dan diperintahkan pula untuk mengikuti atau menaati pemimpinnya. Tentu saja, apabila pemimpinnya memerintahkan kepada hal-hal yang baik. Apabila pemimpin tersebut mengajak kepada kemungkaran, wajib hukumnya untuk menolak.

Contoh perilaku taat

  • Melaksanakan rukun iman.
  • Melaksanakan rukun islam.
  • Patuh terhadap segala perintah Allah S.W.T.
  • Patuh terhadap orang tua.
  • Patuh terhadap aturan - aturan atau hukum yang berlaku sesuai pemimpin atau daerah masing - masing.
 
back to top